Selasa, 29 November 2016

Jayapura juga punya Mall?

Tentu saja.


Masih banyak orang awam yang salah kaprah bila membicarakan tentang Jayapura, Papua. Salah satu kota provinsi di Indonesia ini seringkali dinilai masih minim sarana prasarana yang umumnya ada pada kota-kota besar, salah satunya adalah Mall. Seperti yang kita ketahui pada umumnya, mall sebagai pusat perbelanjaan hampir tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat saat ini, yakni sebagai tempat pemenuh kebutuhan mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Fasilitas, pelayanan serta kelengkapan produk yang ditawarkan pada konsumen mampu menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat konsumen mengunjungi mall walaupun dari segi harga lebih mahal daripada pasar tradisional. Di Jayapura, terdapat beberapa mall besar namun disini saya akan berbagi tulisan seputar mall terbesar kota yang berbatasan dengan samudera pasifik ini yaitu Mal Jayapura.
Mal Jayapura mulai dibangun pada tahun 2010 dan resmi dibuka pada tahun 2012. Mall ini dibangun diatas lahan yang bagitu luas yakni 11.000 meter persegi. Pembangunan mall ini menjadi salah satu bukti perkembangan kota Jayapura. Selain sebagai sarana perbelanjaan untuk masyarakat, pembangunan mall ini bertujuan pula untuk semakin meningkatkan citra Papua dan Jayapura khususnya agar sejajar dengan perkembangan di kota-kota besar lain yang ada di Indonesia. Saat ini, Mal Jayapura termasuk salah satu dari 15 mall terbesar yang ada di Indonesia. Sebelum mall ini dibangun, terdapat beberapa pusat perbelanjaan besar lainnya seperti Mal Abepura dan Saga Mall.
Pusat perbelanjaan yang didirikan oleh Tryan Property, Suryamas Group dan Gunung Subur Sentosa ini memiliki empat lantai dengan berbagai penyewa-penyewa besar, seperti Hypermart dan Matahari Department Store. Hypermart dibangun di daerah basement dengan luas sekitar 5000 meter persegi dan diresmikan oleh Walikota Jayapura saat itu, Benhur Tomi Mano serta dihadiri oleh Carmelito Regalado (Presiden Matahari Food Business (MFB)), Meshvara Kanjaya (Director & Merchandising MFB), jajaran Manajemen MFB, perwakilan Mal Jayapura, Pemerintah Kota Jayapura, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat umum. Meskipun peresmian ini dilakukan saat Mal Jayapura belum rampung sepenuhnya yaitu masih sekitar 85%, namun antusiasme masyarakat sangat besar. Dalam sambutannya, Walikota Jayapura sangat mengapresiasi kehadiran Hypermart ini, beliau beropini sebagai pusat pemerintahan dan ibukota provinsi, perputaran uang di kota Jayapura terbilang cepat sehingga sangat menjanjikan untuk dijadikan lahan bisnis. Pada tahun 2016 ini, mal Jayapura tepat berusia 4 tahun. Terlihat karangan bunga di depan lobby utama tanda apresiasi akan berdirinya mall ini.


Pembangunan mall ini secara tidak langsung juga telah meningkatkan SDM orang papua asli dimana 60-70% pegawainya dikhususkan untuk orang asli papua sehingga jumlah pengangguran dapat direduksi. Mall ini rutin mengadakan acara tiap minggunya sehingga tidak pernah sepi pengunjung apalagi saat weekend. Pusat perbelanjaan terbesar di kota Jayapura ini sukses meningkatkan lifestyle masyarakat Jayapura ke arah yang lebih modern.



Kamis, 24 November 2016

Setiap kali berbelanja di Mal Jayapura, saya hampir selalu parkir tepat di sebelah Tugu Pepera. Letaknya yang memang berada di pinggir jalan dan tepat di samping depan mal jayapura menjadikan tugu ini sangat mudah terlihat oleh mata. Sudah lama pula saya curious akan sejarah detil peristiwa Pepera. Bila anda memiliki rasa penasaran yang sama seperti saya, saya tuliskan informasi sejarah yang saya peroleh dari berbagai sumber.


Proklamasi kemerdekaan RI yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 memberikan hak tak tertulis untuk mengklaim daerah Hindia-Belanda, salah satunya adalah Irian Barat. Namun pengklaiman itu tidak dianggap sah oleh pemerintah belanda sehingga terjadilah Aksi Polisionil I (21 Juli-5 Agustus 1947) serta Aksi Polisionil II (19 Desember 1948-5 Januari 1949) dengan tujuan mengembalikan status Indonesia sebagai negara jajahan Belanda untuk kedua kalinya. Aksi tersebut menuai kecaman keras dari PBB sehingga melalui proses panjang Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948) serta Perjanjian Roem-Royen (1949) akhirnya Indonesia bertemu dengan Belanda dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, 22 Agustus 1949-2 November 1949. Dari konferensi tersebut, disepakati Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dan menunda pembahasan Irian Barat satu tahun ke depan. Namun pemerintah Belanda selalu mengulur hingga akhirnya pada tahun 1954, perwakilan Indonesia di PBB mengajukan masalah Irian Barat sebagai salah satu agenda PBB.
Pada tanggal 19 Desember 1961 tepat di alun-alun utara Yogyakarta Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora (Tri Komando Rakyat). Operasi ini berakhir pada tanggal 15 Agustus 1962 dengan diadakannya perundingan antara Indonesia dan Belanda yang bertempat di Markas Besar PBB, New York. Indonesia diwakili oleh Soebandrio sedangkan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Beberapa isi dari Persetujuan New York adalah:
  • Pemerintahan Papua bagian barat akan diserahkan kepada United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. 
  • Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun 1969.
  • Dengan bantuan PBB, penduduk Papua bagian barat akan diberikan kesempatan untuk: 
  1. mengambil keputusan melalui musyawarah dengan perwakilan penduduk Papua bagian barat
  2. penetapan tanggal penentuan pendapat
  3. perumusan pertanyaan dalam penentuan pendapat akan kehendak penduduk Papua untuk tetap bergabung dengan Indonesia  atau memisahkan diri dari Indonesia
  4. Semua penduduk dewasa, laki-laki dan perempuan, memiliki hak untuk ikut serta dalam penentuan pendapat yang akan diadakan sesuai dengan standar internasional
Pada awal tahun 1969, diselenggarakan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) melalui 3 tahap:
  • Tahap pertama (24 maret 1969), konsultasi dengan dewan kabupaten di Jayapura mengenai tata cara penyelenggaraan Pepera.
  • Tahap kedua, pemilihan Dewan Musyawarah pepera yang berakhir pada bulan Juni 1969.
  • Tahap ketiga, pelaksanaan pepera dimulai dari kabupaten Merauke pada 14 Juli 1969 dan berakhir di Jayapura pada tanggal 4 Agustus 1969.
Pelaksanaan Pepera turut disaksikan oleh utusan PBB, utusan Australia dan utusan Belanda. Hasil Pepera menunjukkan bahwa masyarakat Irian Barat menghendaki bergabung dengan NKRI. Hasil pepera ini sempat menuai protes karena dinilai tidak sesuai dengan praktik Hukum Internasional, HAM dan Demokrasi yaitu dengan cara "One Man One Vote" satu orang satu suara. Dalam prakteknya, Pepera dilakukan menurut kebiasaan Indonesia yaitu musyawarah "satu suara banyak orang". dan para peserta PEPERA dipilih oleh pemerintah Indonesia sendiri dimana para peserta diisolasi dan mengalami intimidasi serta teror oleh militan dan militer TRIKORA Indonesia yang dikomando oleh Soeharto, dengan tujuan membubarkan negara baru West Papua yang dibentuk oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1 Desember 1962 serta mensukseskan penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) 1969. Hasil Pepera tersebut tetap dibawa ke sidang umum PBB dan Sidang Umum PBB menerima serta menyetujui hasil Pepera pada 19 November 1969.






Senin, 21 November 2016

Orang papua? 
Yang memakai koteka kan?


Yup. Pertama kali mendapat informasi bila suami ditugaskan di Jayapura, yang ada dibenak saya adalah sebuah kota yang dipenuhi hutan, tanpa listrik, rumah gubuk serta penduduknya yang berkulit hitam dan berpakaian koteka dengan garis-garis putih di wajah. Pandangan itu pula yang ada di pikiran kedua orang tua saya sehingga mereka agak khawatir bila saya ikut ke Jayapura. Namun saya menenangkan kedua orang tua dengan bilang bahwa papua khususnya Jayapura sekarang sudah berbeda dari beberapa tahun sebelumnya, walaupun sebenarnya ada kekhawatiran dalam diri sendiri hehe. Bismillah, akhirnya berangkat juga ke Jayapura.
Menginjakkan kaki pertama kali di tanah Papua begitu berkesan bagi saya. Nuansa berbeda sudah terasa saat menaiki pesawat dari bandara Sultan Hasanuddin, Makassar menuju bandara Sentani, Jayapura. Banyak penumpang yang berkulit hitam. Apalagi setelah landing di bandara Sentani. Dominansi orang berkulit hitam lebih banyak lagi. Meskipun para pendatang di kota ini jumlahnya lebih banyak dari penduduk asli, namun tetap saja saya melihat lebih banyak orang berkulit hitam daripada sebelum saya tiba disini. Dari luar memang terlihat orang berkulit hitam lebih keras daripada orang berkulit sawo matang atau putih, tapi bukan berarti mereka lebih kasar. Tiga tahun berada di Jayapura membuat saya lebih mengenal karakter berbeda dari orang papua.

Berikut beberapa hal yang saya catat dari budaya orang Jayapura, Papua versi pengalaman saya selama di kota ini.

1. Bahasa yang berbeda
Perbedaan bahasa merupakan hal yang memang sudah bisa dipastikan. Di Jawa saja ada beberapa bahasa, apalagi berbeda pulau. Saya membutuhkan beberapa waktu untuk beradaptasi dengan bahasa disini. Sempat loading lama saat pertama kali mencerna bahasa papua, namun lama kelamaan terbiasa sendiri. Meskipun tidak bisa lancar berbahasa papua, minimal mengerti saat berinteraksi satu sama lain. 

2. Cara bicara
Awalnya saya pikir hanya saya saja yang merasa cara bicara orang papua lebih cepat dibandingkan orang jawa. Ternyata tidak. Orang papua memang berbicara lebih cepat daripada orang jawa pada umumnya. Hal ini sempat membuat saya bingung saat mendengar penuturan orang papua, karena saya belum mengenal bahasanya ditambah lagi dengan cara bicaranya yang cepat. Alhasil, biasanya saya bertanya kembali agar orang yang saja ajak bicara mengulang pernyataannya atau sekadar menjawab dengan kata "ya" atau "tidak."

3. Cara mengutarakan pendapat
Bila orang jawa notabene lebih memilih rasa sungkan untuk mengomentari sesuatu secara benar-benar terbuka, untuk mengungkapkan secara blak-blakan akan apa yang ingin diutarakan, maka orang papua begitu blak-blakan atau ceplas-ceplos. Berikut contoh kasusnya:
Bila anda tanpa sadar parkir di tempat yang menghalangi jalan pemarkir lain, maka:
Orang jawa: mas/mbak, motornya ngalangin jalan nih, pindah dong!
Orang papua: kaka, ko tra lihat kah? Ko pu motor kasi tutup jalan jadi, pindah boleh!
Perbedaan intonasi serta cara penuturan terkadang menyebabkan stigma negatif akan asumsi seseorang. Awalnya saya merasa berbicara ceplas ceplos seperti itu terdengar agak kasar, namun ternyata tidak. Hal ini hanyalah suatu pola karakter berbeda yang ada dalam masyarakat. 

4. Pakaian yang layak
Masih banyak yang menduga bahwa masyarakat papua seluruhnya berpakaian koteka. Hal ini sangatlah keliru. Karena masyarakat jayapura berpenampilan layaknya masyarakat di kota-kota besar lainnya. Memang ada penduduk asli yang masih menggunakan koteka, namun mereka bertempat tinggal di daerah pegunungan. Orang asli Papua Jayapura sendiri terbagi menjadi dua yaitu orang gunung yang bertempat tinggal di gunung dan orang pantai yang bertempat tinggal di kota.

5. Kebiasaan sapa saat bertemu
Saya begitu terkesan dengan sapaan saat bertemu ini. Saat saya belum mengenal siapapun disini dan ada kekhawatiran saat keluar rumah sendirian, tiba-tiba dicairkan dengan sapaan tetangga asli orang papua dengan ucapan sederhana: "selamat pagi" saat berpapasan dengan saya. Karena jujur saja sebelum disini saya tidak terbiasa menyapa tetangga satu persatu saat bertemu, sapaan sederhana setiap bertemu ini seakan memberi sambutan bagi orang baru seperti saya. Dari kebiasaan ini pula saya mulai bersosialisasi dengan mereka.

6. Tidak memusingkan tawar menawar
Bisa dibilang orang papua dalam hal tawar menawar sangat simple. Rata-rata maksimal penawaran hanya dua kali. Mereka lebih suka menawarkan barang dengan harga mendekati harga pas, sehingga walaupun bisa ditawar hanya akan berkurang sedikit saja. "Kalau cocok silahkan beli, kalau tidak ya sudah tidak perlu beli," begitulah anggapan kebanyakan penjual di pasar-pasar Jayapura.

7. Toleransi agama
Hal ini yang paling saya acungi jempol dalam kebudayaan sosial masyarakat Jayapura, Papua. Di tengah isu perpecahan agama yang masih sering terjadi, budaya ini seakan mengabaikan segelintir orang yang ingin menghancurkan persatuan bangsa lewat perpecahan agama. Saat perayaan hari raya Islam tiba, para tetangga baik itu islam ataupun non islam akan bertamu dan mengucapkan selamat. Begitu pula sebaliknya. Kebiasaan ini begitu berhasil sehingga isu SARA dapat terkubur dalam-dalam dan tetap mengedepankan persatuan bangsa.

8. Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk yang masih sering dilakukan beberapa orang papua disini adalah minum alkohol. Hal ini terkadang menyebabkan keresahan masyarakat karena banyak dari oknum yang sedang mabuk ini melakukan tindakan amoral, seperti contoh pemerkosaan, pemalakan, penodongan dan sebagainya. Semoga kedepannya pemerintah akan menemukan solusi akan masalah ini agar Jayapura lebih maju lagi dari segi SDM nya. 

Inilah beberapa catatan saya tentang karakter budaya orang papua khususnya Jayapura sesuai dengan pengalaman saya beberapa tahun. Menarik untuk mengenal berbagai kebudayaan masyarakat yang berbeda, karena akan memperkaya pengetahuan diri akan masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Bhinneka tunggal ika.

Senin, 14 November 2016

Madura kok disebut pulau garam yaa??


Inilah pertanyaan yang seringkali muncul saat seseorang mendengar julukan "Madura pulau garam" untuk pertama kali. Ada yang langsung bertanya, googling atau bahkan membiarkan pertanyaan ini lewat begitu saja sehingga masih belum menemukan jawaban sampai saat ini. Nah, sebagai salah satu anak madura saya merasa perlu memberikan informasi ini serta keindahan alam yang ada di kampung halaman tercinta. Setelah kemarin-kemarin selalu menulis tentang indahnya Papua, tidak ada salahnya sekarang mudik dulu ke kampung halaman, Pamekasan, Madura.
Menurut Mahfud Effendi dan Yoyok R. Effendi dalam buku Profil Garam Madura (2009), garam madura diperkenalkan oleh seorang tokoh legendaris bernama Pangeran Anggasuta pada awal abad XVI. Konon tokoh ini muncul ketika ada perang antara kerajaan Klungkung Bali dengan Raja Sumenep. Saat tentara Bali dalam posisi terdesak, muncullah Anggasuta yang menjadi penengah sekaligus penjamin. Beliau meminta kepada Raja Sumenep, agar pasukan Bali tidak dihancurkan. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Raja Sumenep. Anggasuta menetap di Girpapas Sumenep, beliau mengajarkan kepada masyarakat cara membuat garam dari air laut, dengan sistem penguapan (evaporasi). Air laut dikristalisasi secara total. Garam diambil mulai dari lapisan terbawah hingga atas. Para petani garam secara tradisional memindahkan air laut antarmeja garam. Sistem tersebut masih digunakan sampai saat ini.
Besarnya lahan penggaraman di Madura disebabkan kadar air laut selat Madura yang memiliki kepekatan cukup tinggi. Garam di Madura  berkembang mulai dari pesisir selatan Sumenep, dan terus merambah ke Pamekasan dan Sampang. Sedikitnya sungai dan muara membuat kawasan Selatan memiliki air laut berkadar garam tinggi. Di Pamekasan, pengelolaan garam dilakukan oleh masyarakat pantai selatan yaitu di Kecamatan Pademawu, Galis, dan Tlanakan. 
Saat mudik ke Pamekasan beberapa bulan lalu, saya sempatkan jalan pagi ke daerah penggaraman yang ada di dekat rumah mertua saya, tepatnya di desa bunder, Pademawu. Ketertarikan saya berawal dari informasi dari suami yang mengatakan sunrise akan terlihat indah dari daerah tersebut. Lepas jam 5 pagi, saya, suami serta jagoan kecil kami berjalan kaki menuju daerah penggaraman karena jaraknya yang tudak begitu jauh dari rumah. Sesampainya disana, saya begitu terpesona dengan keindahan alam yang terpancar. Udara sejuk nan bersih khas daerah pedesaan dipadu dengan matahari yang muncul perlahan untuk menyapa alam dengan kehangatan sinarnya. Tidak bosan mata memandang. Tanpa letih kaki melangkah. Bersama dengan orang-orang terkasih, lengkap sudah. Pengalaman yang memang sederhana, namun begitu berarti.





Rabu, 09 November 2016

Ada taman di Jayapura??

Yess.


Taman Mesran merupakan taman yang berada di Jalan Koti Jayapura, Papua. Taman ini berbeda dari taman kebanyakan. Bagaimana tidak. Bukan hanya sekedar tempat bersantai bersama keluarga dan teman ataupun tempat bermain anak yang sudah lumrah terdapat pada taman-taman kebanyakan, taman ini dilengkapi dengan pemandangan laut dan kota yang indah. Letaknya yang tepat berada di bibir pantai menjadikan keunikan tersendiri karena pengunjung akan dimanjakan dengan keindahan alam yang menyejukkan mata.


Taman ini dibuat oleh PT. Pertamina (Persero) dan diserahkan oleh GM Pertamina Region VIII Maluku Papua, Muhamad Irfan pada tanggal 31 Desember 2013. Pembangunan taman yang menghabiskan dana sekitar 500 juta ini ditujukan agar warga Jayapura memiliki sarana rekreasi keluarga. Taman Mesran dilengkapi dengan taman bermain, jogging track, foot reflexiology, tempat duduk serta toilet umum. 


Taman Mesran akan ramai pengunjung pada sore dan malam hari. Terlebih saat weekend, banyak warga Jayapura yang menghabiskan waktu di taman ini sambil menikmati kuliner. Taman ini sangat mudah dijangkau karena berada tepat di pinggir jalan, bersebelahan dengan pelabuhan Jayapura dan restoran b-one. Bila teman-teman dari luar kota Jayapura dan ingin mengunjungi taman ini, bisa menggunakan jasa Bus Damri dengan tarif Rp50.000 atau rental mobil Rp200.000 dengan asumsi posisi awal teman-teman di bandara Sentani Jayapura. Penasaran kan? Yuk, tunggu apa lagi!!!