Kamis, 01 Desember 2016

Pernah dengar Pantai Ambunten?

Kalau belum, anda baru saja melewatkan satu destinasi wisata pantai yang begitu indah.


Ambunten merupakan salah satu kecamatan yang ada di kota kabupaten Sumenep, Madura. Kecamatan yang terletak jauh dari pusat kota ini memiliki luas wilayah 2,41% dari luas Kabupaten Sumenep, yaitu 50.542,966 Kkm². Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kecamatan Rubaru di sebelah selatan, Kecamatan Dasuk di sebelah timur dan dibatasi Kecamatan Pasongsongan di sebelah barat. Di kecamatan ini dulunya terdapat pula dua keraton Sumenep yaitu Panembahan Mandaraja yang ada di desa Kelesa Dusun Mandaraja dan Pangeran Bukabu di Desa Bukabu.
Kecamatan ini memiliki destinasi wisata pantai yang begitu indah. Meskipun tidak sepopuler Pantai Slopeng yang memang dijadikan objek wisata oleh pemda Sumenep, namun keindahannya tidak kalah atau bahkan bisa dibilang melebihi Pantai Slopeng. Pantai ini merupakan destinasi yang saya tunggu-tunggu setiap tahunnya setiap kali mengunjungi rumah nenek di Ambunten. Keindahan pantai yang masih alami terpapar jelas di pantai yang biasa disebut masyarakat sekitar sebagai Pantai Ambunten. Pasir, deburan ombak hingga lambaian pohon kelapa di sepanjang pantai menjadi pesona indah tersendiri dari pantai ini. Seolah membebaskan diri untuk bercengkrama dengan alam, menghilangkan penat akan keseharian yang dilalui. Gugusan karang di tepi Pantai Ambunten melengkapi keindahan pantai menjadi sempurna. Karang-karang ini mendapat julukan warga sekitar sebagai Karang Tangis. 


Untuk menjangkau pantai ini teman-teman harus melewati jalan setapak yang dikelilingi pohon kelapa di kanan kiri jalan. Pantai indah ini memang belum terjamah masyarakat luar, mungkin karena letaknya yang tidak tepat di pinggir jalan dan belum ada akomodasi menuju pantai. Namun bila teman-teman ingin travelling menikmati pesona pantai indah nan alami, ini dia destinasi yang tepat untuk anda. 




Selasa, 29 November 2016

Jayapura juga punya Mall?

Tentu saja.


Masih banyak orang awam yang salah kaprah bila membicarakan tentang Jayapura, Papua. Salah satu kota provinsi di Indonesia ini seringkali dinilai masih minim sarana prasarana yang umumnya ada pada kota-kota besar, salah satunya adalah Mall. Seperti yang kita ketahui pada umumnya, mall sebagai pusat perbelanjaan hampir tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat saat ini, yakni sebagai tempat pemenuh kebutuhan mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Fasilitas, pelayanan serta kelengkapan produk yang ditawarkan pada konsumen mampu menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat konsumen mengunjungi mall walaupun dari segi harga lebih mahal daripada pasar tradisional. Di Jayapura, terdapat beberapa mall besar namun disini saya akan berbagi tulisan seputar mall terbesar kota yang berbatasan dengan samudera pasifik ini yaitu Mal Jayapura.
Mal Jayapura mulai dibangun pada tahun 2010 dan resmi dibuka pada tahun 2012. Mall ini dibangun diatas lahan yang bagitu luas yakni 11.000 meter persegi. Pembangunan mall ini menjadi salah satu bukti perkembangan kota Jayapura. Selain sebagai sarana perbelanjaan untuk masyarakat, pembangunan mall ini bertujuan pula untuk semakin meningkatkan citra Papua dan Jayapura khususnya agar sejajar dengan perkembangan di kota-kota besar lain yang ada di Indonesia. Saat ini, Mal Jayapura termasuk salah satu dari 15 mall terbesar yang ada di Indonesia. Sebelum mall ini dibangun, terdapat beberapa pusat perbelanjaan besar lainnya seperti Mal Abepura dan Saga Mall.
Pusat perbelanjaan yang didirikan oleh Tryan Property, Suryamas Group dan Gunung Subur Sentosa ini memiliki empat lantai dengan berbagai penyewa-penyewa besar, seperti Hypermart dan Matahari Department Store. Hypermart dibangun di daerah basement dengan luas sekitar 5000 meter persegi dan diresmikan oleh Walikota Jayapura saat itu, Benhur Tomi Mano serta dihadiri oleh Carmelito Regalado (Presiden Matahari Food Business (MFB)), Meshvara Kanjaya (Director & Merchandising MFB), jajaran Manajemen MFB, perwakilan Mal Jayapura, Pemerintah Kota Jayapura, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat umum. Meskipun peresmian ini dilakukan saat Mal Jayapura belum rampung sepenuhnya yaitu masih sekitar 85%, namun antusiasme masyarakat sangat besar. Dalam sambutannya, Walikota Jayapura sangat mengapresiasi kehadiran Hypermart ini, beliau beropini sebagai pusat pemerintahan dan ibukota provinsi, perputaran uang di kota Jayapura terbilang cepat sehingga sangat menjanjikan untuk dijadikan lahan bisnis. Pada tahun 2016 ini, mal Jayapura tepat berusia 4 tahun. Terlihat karangan bunga di depan lobby utama tanda apresiasi akan berdirinya mall ini.


Pembangunan mall ini secara tidak langsung juga telah meningkatkan SDM orang papua asli dimana 60-70% pegawainya dikhususkan untuk orang asli papua sehingga jumlah pengangguran dapat direduksi. Mall ini rutin mengadakan acara tiap minggunya sehingga tidak pernah sepi pengunjung apalagi saat weekend. Pusat perbelanjaan terbesar di kota Jayapura ini sukses meningkatkan lifestyle masyarakat Jayapura ke arah yang lebih modern.



Kamis, 24 November 2016

Setiap kali berbelanja di Mal Jayapura, saya hampir selalu parkir tepat di sebelah Tugu Pepera. Letaknya yang memang berada di pinggir jalan dan tepat di samping depan mal jayapura menjadikan tugu ini sangat mudah terlihat oleh mata. Sudah lama pula saya curious akan sejarah detil peristiwa Pepera. Bila anda memiliki rasa penasaran yang sama seperti saya, saya tuliskan informasi sejarah yang saya peroleh dari berbagai sumber.


Proklamasi kemerdekaan RI yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 memberikan hak tak tertulis untuk mengklaim daerah Hindia-Belanda, salah satunya adalah Irian Barat. Namun pengklaiman itu tidak dianggap sah oleh pemerintah belanda sehingga terjadilah Aksi Polisionil I (21 Juli-5 Agustus 1947) serta Aksi Polisionil II (19 Desember 1948-5 Januari 1949) dengan tujuan mengembalikan status Indonesia sebagai negara jajahan Belanda untuk kedua kalinya. Aksi tersebut menuai kecaman keras dari PBB sehingga melalui proses panjang Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948) serta Perjanjian Roem-Royen (1949) akhirnya Indonesia bertemu dengan Belanda dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, 22 Agustus 1949-2 November 1949. Dari konferensi tersebut, disepakati Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dan menunda pembahasan Irian Barat satu tahun ke depan. Namun pemerintah Belanda selalu mengulur hingga akhirnya pada tahun 1954, perwakilan Indonesia di PBB mengajukan masalah Irian Barat sebagai salah satu agenda PBB.
Pada tanggal 19 Desember 1961 tepat di alun-alun utara Yogyakarta Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora (Tri Komando Rakyat). Operasi ini berakhir pada tanggal 15 Agustus 1962 dengan diadakannya perundingan antara Indonesia dan Belanda yang bertempat di Markas Besar PBB, New York. Indonesia diwakili oleh Soebandrio sedangkan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Beberapa isi dari Persetujuan New York adalah:
  • Pemerintahan Papua bagian barat akan diserahkan kepada United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. 
  • Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun 1969.
  • Dengan bantuan PBB, penduduk Papua bagian barat akan diberikan kesempatan untuk: 
  1. mengambil keputusan melalui musyawarah dengan perwakilan penduduk Papua bagian barat
  2. penetapan tanggal penentuan pendapat
  3. perumusan pertanyaan dalam penentuan pendapat akan kehendak penduduk Papua untuk tetap bergabung dengan Indonesia  atau memisahkan diri dari Indonesia
  4. Semua penduduk dewasa, laki-laki dan perempuan, memiliki hak untuk ikut serta dalam penentuan pendapat yang akan diadakan sesuai dengan standar internasional
Pada awal tahun 1969, diselenggarakan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) melalui 3 tahap:
  • Tahap pertama (24 maret 1969), konsultasi dengan dewan kabupaten di Jayapura mengenai tata cara penyelenggaraan Pepera.
  • Tahap kedua, pemilihan Dewan Musyawarah pepera yang berakhir pada bulan Juni 1969.
  • Tahap ketiga, pelaksanaan pepera dimulai dari kabupaten Merauke pada 14 Juli 1969 dan berakhir di Jayapura pada tanggal 4 Agustus 1969.
Pelaksanaan Pepera turut disaksikan oleh utusan PBB, utusan Australia dan utusan Belanda. Hasil Pepera menunjukkan bahwa masyarakat Irian Barat menghendaki bergabung dengan NKRI. Hasil pepera ini sempat menuai protes karena dinilai tidak sesuai dengan praktik Hukum Internasional, HAM dan Demokrasi yaitu dengan cara "One Man One Vote" satu orang satu suara. Dalam prakteknya, Pepera dilakukan menurut kebiasaan Indonesia yaitu musyawarah "satu suara banyak orang". dan para peserta PEPERA dipilih oleh pemerintah Indonesia sendiri dimana para peserta diisolasi dan mengalami intimidasi serta teror oleh militan dan militer TRIKORA Indonesia yang dikomando oleh Soeharto, dengan tujuan membubarkan negara baru West Papua yang dibentuk oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1 Desember 1962 serta mensukseskan penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) 1969. Hasil Pepera tersebut tetap dibawa ke sidang umum PBB dan Sidang Umum PBB menerima serta menyetujui hasil Pepera pada 19 November 1969.






Senin, 21 November 2016

Orang papua? 
Yang memakai koteka kan?


Yup. Pertama kali mendapat informasi bila suami ditugaskan di Jayapura, yang ada dibenak saya adalah sebuah kota yang dipenuhi hutan, tanpa listrik, rumah gubuk serta penduduknya yang berkulit hitam dan berpakaian koteka dengan garis-garis putih di wajah. Pandangan itu pula yang ada di pikiran kedua orang tua saya sehingga mereka agak khawatir bila saya ikut ke Jayapura. Namun saya menenangkan kedua orang tua dengan bilang bahwa papua khususnya Jayapura sekarang sudah berbeda dari beberapa tahun sebelumnya, walaupun sebenarnya ada kekhawatiran dalam diri sendiri hehe. Bismillah, akhirnya berangkat juga ke Jayapura.
Menginjakkan kaki pertama kali di tanah Papua begitu berkesan bagi saya. Nuansa berbeda sudah terasa saat menaiki pesawat dari bandara Sultan Hasanuddin, Makassar menuju bandara Sentani, Jayapura. Banyak penumpang yang berkulit hitam. Apalagi setelah landing di bandara Sentani. Dominansi orang berkulit hitam lebih banyak lagi. Meskipun para pendatang di kota ini jumlahnya lebih banyak dari penduduk asli, namun tetap saja saya melihat lebih banyak orang berkulit hitam daripada sebelum saya tiba disini. Dari luar memang terlihat orang berkulit hitam lebih keras daripada orang berkulit sawo matang atau putih, tapi bukan berarti mereka lebih kasar. Tiga tahun berada di Jayapura membuat saya lebih mengenal karakter berbeda dari orang papua.

Berikut beberapa hal yang saya catat dari budaya orang Jayapura, Papua versi pengalaman saya selama di kota ini.

1. Bahasa yang berbeda
Perbedaan bahasa merupakan hal yang memang sudah bisa dipastikan. Di Jawa saja ada beberapa bahasa, apalagi berbeda pulau. Saya membutuhkan beberapa waktu untuk beradaptasi dengan bahasa disini. Sempat loading lama saat pertama kali mencerna bahasa papua, namun lama kelamaan terbiasa sendiri. Meskipun tidak bisa lancar berbahasa papua, minimal mengerti saat berinteraksi satu sama lain. 

2. Cara bicara
Awalnya saya pikir hanya saya saja yang merasa cara bicara orang papua lebih cepat dibandingkan orang jawa. Ternyata tidak. Orang papua memang berbicara lebih cepat daripada orang jawa pada umumnya. Hal ini sempat membuat saya bingung saat mendengar penuturan orang papua, karena saya belum mengenal bahasanya ditambah lagi dengan cara bicaranya yang cepat. Alhasil, biasanya saya bertanya kembali agar orang yang saja ajak bicara mengulang pernyataannya atau sekadar menjawab dengan kata "ya" atau "tidak."

3. Cara mengutarakan pendapat
Bila orang jawa notabene lebih memilih rasa sungkan untuk mengomentari sesuatu secara benar-benar terbuka, untuk mengungkapkan secara blak-blakan akan apa yang ingin diutarakan, maka orang papua begitu blak-blakan atau ceplas-ceplos. Berikut contoh kasusnya:
Bila anda tanpa sadar parkir di tempat yang menghalangi jalan pemarkir lain, maka:
Orang jawa: mas/mbak, motornya ngalangin jalan nih, pindah dong!
Orang papua: kaka, ko tra lihat kah? Ko pu motor kasi tutup jalan jadi, pindah boleh!
Perbedaan intonasi serta cara penuturan terkadang menyebabkan stigma negatif akan asumsi seseorang. Awalnya saya merasa berbicara ceplas ceplos seperti itu terdengar agak kasar, namun ternyata tidak. Hal ini hanyalah suatu pola karakter berbeda yang ada dalam masyarakat. 

4. Pakaian yang layak
Masih banyak yang menduga bahwa masyarakat papua seluruhnya berpakaian koteka. Hal ini sangatlah keliru. Karena masyarakat jayapura berpenampilan layaknya masyarakat di kota-kota besar lainnya. Memang ada penduduk asli yang masih menggunakan koteka, namun mereka bertempat tinggal di daerah pegunungan. Orang asli Papua Jayapura sendiri terbagi menjadi dua yaitu orang gunung yang bertempat tinggal di gunung dan orang pantai yang bertempat tinggal di kota.

5. Kebiasaan sapa saat bertemu
Saya begitu terkesan dengan sapaan saat bertemu ini. Saat saya belum mengenal siapapun disini dan ada kekhawatiran saat keluar rumah sendirian, tiba-tiba dicairkan dengan sapaan tetangga asli orang papua dengan ucapan sederhana: "selamat pagi" saat berpapasan dengan saya. Karena jujur saja sebelum disini saya tidak terbiasa menyapa tetangga satu persatu saat bertemu, sapaan sederhana setiap bertemu ini seakan memberi sambutan bagi orang baru seperti saya. Dari kebiasaan ini pula saya mulai bersosialisasi dengan mereka.

6. Tidak memusingkan tawar menawar
Bisa dibilang orang papua dalam hal tawar menawar sangat simple. Rata-rata maksimal penawaran hanya dua kali. Mereka lebih suka menawarkan barang dengan harga mendekati harga pas, sehingga walaupun bisa ditawar hanya akan berkurang sedikit saja. "Kalau cocok silahkan beli, kalau tidak ya sudah tidak perlu beli," begitulah anggapan kebanyakan penjual di pasar-pasar Jayapura.

7. Toleransi agama
Hal ini yang paling saya acungi jempol dalam kebudayaan sosial masyarakat Jayapura, Papua. Di tengah isu perpecahan agama yang masih sering terjadi, budaya ini seakan mengabaikan segelintir orang yang ingin menghancurkan persatuan bangsa lewat perpecahan agama. Saat perayaan hari raya Islam tiba, para tetangga baik itu islam ataupun non islam akan bertamu dan mengucapkan selamat. Begitu pula sebaliknya. Kebiasaan ini begitu berhasil sehingga isu SARA dapat terkubur dalam-dalam dan tetap mengedepankan persatuan bangsa.

8. Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk yang masih sering dilakukan beberapa orang papua disini adalah minum alkohol. Hal ini terkadang menyebabkan keresahan masyarakat karena banyak dari oknum yang sedang mabuk ini melakukan tindakan amoral, seperti contoh pemerkosaan, pemalakan, penodongan dan sebagainya. Semoga kedepannya pemerintah akan menemukan solusi akan masalah ini agar Jayapura lebih maju lagi dari segi SDM nya. 

Inilah beberapa catatan saya tentang karakter budaya orang papua khususnya Jayapura sesuai dengan pengalaman saya beberapa tahun. Menarik untuk mengenal berbagai kebudayaan masyarakat yang berbeda, karena akan memperkaya pengetahuan diri akan masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Bhinneka tunggal ika.

Senin, 14 November 2016

Madura kok disebut pulau garam yaa??


Inilah pertanyaan yang seringkali muncul saat seseorang mendengar julukan "Madura pulau garam" untuk pertama kali. Ada yang langsung bertanya, googling atau bahkan membiarkan pertanyaan ini lewat begitu saja sehingga masih belum menemukan jawaban sampai saat ini. Nah, sebagai salah satu anak madura saya merasa perlu memberikan informasi ini serta keindahan alam yang ada di kampung halaman tercinta. Setelah kemarin-kemarin selalu menulis tentang indahnya Papua, tidak ada salahnya sekarang mudik dulu ke kampung halaman, Pamekasan, Madura.
Menurut Mahfud Effendi dan Yoyok R. Effendi dalam buku Profil Garam Madura (2009), garam madura diperkenalkan oleh seorang tokoh legendaris bernama Pangeran Anggasuta pada awal abad XVI. Konon tokoh ini muncul ketika ada perang antara kerajaan Klungkung Bali dengan Raja Sumenep. Saat tentara Bali dalam posisi terdesak, muncullah Anggasuta yang menjadi penengah sekaligus penjamin. Beliau meminta kepada Raja Sumenep, agar pasukan Bali tidak dihancurkan. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Raja Sumenep. Anggasuta menetap di Girpapas Sumenep, beliau mengajarkan kepada masyarakat cara membuat garam dari air laut, dengan sistem penguapan (evaporasi). Air laut dikristalisasi secara total. Garam diambil mulai dari lapisan terbawah hingga atas. Para petani garam secara tradisional memindahkan air laut antarmeja garam. Sistem tersebut masih digunakan sampai saat ini.
Besarnya lahan penggaraman di Madura disebabkan kadar air laut selat Madura yang memiliki kepekatan cukup tinggi. Garam di Madura  berkembang mulai dari pesisir selatan Sumenep, dan terus merambah ke Pamekasan dan Sampang. Sedikitnya sungai dan muara membuat kawasan Selatan memiliki air laut berkadar garam tinggi. Di Pamekasan, pengelolaan garam dilakukan oleh masyarakat pantai selatan yaitu di Kecamatan Pademawu, Galis, dan Tlanakan. 
Saat mudik ke Pamekasan beberapa bulan lalu, saya sempatkan jalan pagi ke daerah penggaraman yang ada di dekat rumah mertua saya, tepatnya di desa bunder, Pademawu. Ketertarikan saya berawal dari informasi dari suami yang mengatakan sunrise akan terlihat indah dari daerah tersebut. Lepas jam 5 pagi, saya, suami serta jagoan kecil kami berjalan kaki menuju daerah penggaraman karena jaraknya yang tudak begitu jauh dari rumah. Sesampainya disana, saya begitu terpesona dengan keindahan alam yang terpancar. Udara sejuk nan bersih khas daerah pedesaan dipadu dengan matahari yang muncul perlahan untuk menyapa alam dengan kehangatan sinarnya. Tidak bosan mata memandang. Tanpa letih kaki melangkah. Bersama dengan orang-orang terkasih, lengkap sudah. Pengalaman yang memang sederhana, namun begitu berarti.





Rabu, 09 November 2016

Ada taman di Jayapura??

Yess.


Taman Mesran merupakan taman yang berada di Jalan Koti Jayapura, Papua. Taman ini berbeda dari taman kebanyakan. Bagaimana tidak. Bukan hanya sekedar tempat bersantai bersama keluarga dan teman ataupun tempat bermain anak yang sudah lumrah terdapat pada taman-taman kebanyakan, taman ini dilengkapi dengan pemandangan laut dan kota yang indah. Letaknya yang tepat berada di bibir pantai menjadikan keunikan tersendiri karena pengunjung akan dimanjakan dengan keindahan alam yang menyejukkan mata.


Taman ini dibuat oleh PT. Pertamina (Persero) dan diserahkan oleh GM Pertamina Region VIII Maluku Papua, Muhamad Irfan pada tanggal 31 Desember 2013. Pembangunan taman yang menghabiskan dana sekitar 500 juta ini ditujukan agar warga Jayapura memiliki sarana rekreasi keluarga. Taman Mesran dilengkapi dengan taman bermain, jogging track, foot reflexiology, tempat duduk serta toilet umum. 


Taman Mesran akan ramai pengunjung pada sore dan malam hari. Terlebih saat weekend, banyak warga Jayapura yang menghabiskan waktu di taman ini sambil menikmati kuliner. Taman ini sangat mudah dijangkau karena berada tepat di pinggir jalan, bersebelahan dengan pelabuhan Jayapura dan restoran b-one. Bila teman-teman dari luar kota Jayapura dan ingin mengunjungi taman ini, bisa menggunakan jasa Bus Damri dengan tarif Rp50.000 atau rental mobil Rp200.000 dengan asumsi posisi awal teman-teman di bandara Sentani Jayapura. Penasaran kan? Yuk, tunggu apa lagi!!!

Selasa, 25 Oktober 2016

Pasar hamadi Jayapura? Ini bicara tentang pernak pernik khas Papua yang dijual disana kan?

Tentu saja tidak.

Di content ini saya tidak ingin membahas tempat jual beli pernak pernik khas Papua yang ada di pinggir-pinggir jalan pasar hamadi Papua. Karena bila anda searching tempat belanja pernak pernik khas papua, bukan rahasia lagi bila disinilah tempatnya. Berhubung saya lebih suka yang berbau alam, disini saya ingin berbagi pengalaman berbelanja di pasar ikan hamadi Jayapura. Keunikannya dimana ya? Yuk scroll down dulu.
Pasar hamadi Jayapura terletak di sebelah selatan kota Jayapura, sekitar tiga kilometer dari pusat kota. Lokasinya bisa dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Terdapat kendaraan umum berupa ojek dan angkot yang dikenal penduduk lokal dengan sebutan taksi. Untuk taksi, tarifnya sekitar Rp2500 - Rp5000 per orang dan anda bisa berhenti ketika sudah sampai di pasar hamadi. Sedangkan untuk ojek tarifnya sekitar Rp.5000, tetapi tarif pastinya ditentukan jarak anda dari lokasi pasar hamadi. Tarif bisa dinegosiasi dengan pemilik ojek. Jarak terminal angkot ke pasar hamadi kurang lebih 10 menit.  Jika datang bersama keluarga bisa juga menyewa kendaraan agar bisa berkeliling kota Jayapura. Tarif normalnya sekitar Rp 500.000 per hari.
Pasar hamadi ini dibagi menjadi dua, yaitu pasar ikan dan pasar sayur. Kedua tempat ini hanya berjarak sekitar 50 meter. Tempat pernak pernik terletak tepat di seberang pasar sayur. Beda halnya dengan pasar sayur yang terletak persis di pinggir jalan, pasar ikan agak ke dalam, berada sekitar 20 meter dari jalan raya. Dari depan sekilas tampak pasar biasa dengan beragam aktivitas jual beli. Namun saya tertarik saat sampai di dalam pasar, karena ikan yang dijual sangat berbeda dari ikan-ikan yang saya jumpai di Jawa. Terutama dari ukuran dan bentuk-bentuknya. Mulai dari ikan teri yang biasa dikenal orang lokal sebagai ikan puri, hingga hiu dan penyu ada di pasar ini. Saya tidak sempat memotret hiu yang besarnya seperti tubuh manusia itu, ataupun memotret penyu yang dibelah didepan mata. Pemandangan ini agak sadis menurut saya, mungkin karena tidak terbiasa dengan ukuran sebesar itu jadi terasa seperti memutilasi. Nama-nama ikannya juga agak aneh di telinga, ada ikan deho bintang, ikan ekor kuning yang lebih kita kenal dengan sebutan ikan tuna, ikan salam yang berarti kependekan dari ikan salamander, ada pula udang selingkuh dimana bagian depan berbentuk kepiting namun bagian belakang seperti udang. Saat membeli, anda bisa meminta penjual ikan memotong-motong ikan tersebut. Ada dua jenis potongan ikan yang ditawarkan yaitu potong goreng dan potong bakar. Bila anda memilih potong goreng, maka ikan akan dipotong fillet atau kecil-kecil. Sedangkan bila anda memilih potong bakar maka ikan akan dipotong lebih besar sehingga cocok digunakan saat akan membuat ikan bakar. Berikut potret jual beli ikan di pasar hamadi.




Pasar ini berada persis di pinggir lautan. Dari tepi pasar terlihat hamparan lautan dengan berbagai jenis sampan yang digunakan para nelayan untuk mencari ikan. Jadi ikan yang dijual rata-rata masih fresh karena langsung dari laut, tidak diawetkan. Namun tetap saja, kita harus berhati-hati terhadap penjual yang nakal menyelipkan ikan-ikan yang sudah agak lama diantara ikan segarnya. Pemandangan ini sangat menyejukkan mata. Hamparan laut dan pegunungan nampak dari kejauhan. Jadi sembari memilih-milih ikan kita akan dimanjakan dengan keindahan alam yang menakjubkan.



Penasaran? Tunggu apa lagi, jangan segan-segan mampir ke pasar ikan hamadi Jayapura ya.

Jumat, 14 Oktober 2016

Mau refreshing sambil kuliner???

Disini nih tempatnya!


Buat penduduk Jayapura tempat ini pasti sudah tidak asing lagi. Mulai dari anak-anak, remaja sampai orang tua ada di tempat ini. Emang seperti apa siih Pantai Kupang ini?? Pasti teman-teman mulai penasaran kaan. Sabar yaa, saya coba deskripsikan secara rinci.
Pantai Kupang atau yang biasa disebut juga Pantai Dok II ini terletak di Jl. Soa siu dok II, tepat berhadapan dengan kantor gubernur Provinsi Papua seperti terlihat pada hasil search google map diatas. Dikenal pula sebagai Pantai Kupang yang berarti "kursi panjang" dimana terdapat bangunan semen menyerupai anak tangga sepanjang pantai yang ditujukan sebagai tempat duduk para pengunjung pantai yang ingin menikmati panorama pantai yang telah menjadi rahasia umum akan keindahannya yang memesona.
Teman-teman akan dimanjakan dengan lukisan Tuhan yang begitu indah, jejeran pulau-pulau kecil, pegunungan serta indahnya lautan yang terlihat dari tepi pantai seakan mampu menghilangkan semua beban pikiran bersama ombak yang datang silih berganti. Keindahan alam ini semakin dilengkapi dengan banyaknya kuliner yang dapat teman-teman cicipi di tempat ini. Mulai dari jagung bakar, siomay, cilok, bakso, es teler, sampai ronde ada di tempat ini. Pantai ini akan dipenuhi pengunjung saat weekend tiba. Masyarakat jayapura biasa memanfaatkan pantai ini untuk refreshing atau menghabiskan waktu dan bercengkrama bersama keluarga, pasangan maupun teman. Aktivitas olahraga seperti jogging, renang ataupun snorkeling juga dapat dilakukan di tempat ini.  Tidak seperti pantai-pantai di Papua yang pada umumnya perlu effort lebih untuk menikmati keindahan alamnya, pantai ini sangat mudah dijangkau karena letaknya di pinggir jalan.
Pantai Dok II ini hanya berjarak kurang lebih 3 Km dari Pelabuhan Jayapura. Bahkan pantai ini terlihat jelas karena berhadapan dengan dermaga Pelabuhan Jayapura yang dipisahkan oleh laut seperti terlihat pada foto yang saya unggah diatas. Untuk pergi ke sana teman-teman hanya perlu menggunakan angkutan kota yang disebut Taksi oleh masyarakat Jayapura ataupun dengan menggunakan jasa ojek. Namun jika datang ke Jayapura dengan menggunakan pesawat udara, teman-teman akan mendarat di Bandara Sentani. Jarak Pantai ini dengan dengan Bandara sekitar 45 Km. Adapun sarana transportasi umum yang bisa digunakan yaitu Taksi bandara yang langsung sampai ke pantai ini, dan Bus Damri yang dilanjutkan dengan angkutan kota. Nah, bila teman-teman sedang berada ataupun berencana ke kota Jayapura, tidak ada salahnya hangout ke Pantai Kupang ini, dijamin keren!!!


Selasa, 30 Agustus 2016

Pantai Harlem??

Mungkin masih banyak yang belum mengenal pantai ini, kecuali para pecinta traveling pastinya. Pantai Harlem merupakan salah satu destinasi wisata di kota Jayapura-Papua yang mampu memanjakan mata dan hati. Saat diajak ke pantai ini saya sempat ragu karena tempatnya lumayan jauh dari tempat tinggal saya, perjalanan ke pantai ini saja menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Selain itu suami bilang di pantai ini tidak ada sinyal sama sekali, nah loh,, jadi tambah serem kan mikirnya. Tapi berhubung saya sudah terlanjur ngebet banget pengen ke pantai, akhirnya berangkat juga rame-rame ke pantai ini.
Perjalanan ke Pantai Harlem tidaklah mudah. Harlem hanya bisa dijangkau dengan jalur laut. Jadi untuk menuju Pantai Harlem harus melalui Dermaga Depapre terlebih dahulu, yang jauhnya sekitar 48 km dari kota Jayapura atau 22 km dari Kota Sentani. Berikut saya sertakan hasil pencarian Pantai Harlem dengan google map.
Jalan menuju dermaga ini berbatu-batu dan terjal. Apalagi kalau musim hujan, banyak jalannya yang becek sehingga harus berhati hati agar tidak terjadi kecelakaan. Dari Dermaga Depapre kita bisa menyewa perahu motor menuju Pantai Harlem dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Perahu yang disewakan mempunyai kapasitas maksimal 10 orang dengan tarif sekitar Rp. 300.000 - 400.000 per perahu untuk pulang pergi. Biasanya kita dibawa berputar mengelilingi daerah sekitar pantai dulu sebelum akhirnya menepi ke pantai. Dari perahu kita bisa menikmati keindahan bukit-bukit yang berjejer mengelilingi pantai. Kita juga bisa menemui deretan rumah-rumah penghuni setempat yang dibangun diatas laut. Sewaktu perahu berhenti di tengah laut saya sempatkan memotret air lautnya yang sangat jernih hingga terlihat terumbu karang dan ikan-ikan di dalamnya, keindahan alam yang sungguh memesona.
Sesampainya di pantai saya semakin dibuat kagum dengan orisinalitas alamnya. Pasir putih, kejernihan air dan amazing view dapat dinikmati dari tepi pantai. Seketika rasa capek karena perjalanan terlupakan. Benar-benar setimpal dengan perjalanan yang begitu melelahkan. Pantai Harlem ini tidak berombak besar sehingga cocok untuk bersnokeling. Di pantai ini saya menyempatkan pula bermain banana boat. Feel saat terlempar ke tengah lautan lepas saat itu masih bisa saya rasakan sampai saat ini. Bukan lebay, tapi saking kerennya tempat ini bikin mupeng buat balik lagi kapan-kapan. Owh iya, saat menyewa perahu bermotor pastikan yang mengemudi tidak mabuk. Karena pengalaman kemarin sewaktu perjalanan kembali ke dermaga, pengemudinya agak mabuk sehingga perahu motornya oleng-oleng. Lumayan sport jantung jadinya, tapi seru juga sih, berasa naik banana boat versi machine boat haha. Dijamin akan ketagihan ke tempat ini.

Sabtu, 27 Agustus 2016

Kalau membahas tempat nongkrong ala muda mudi, sudah jadi rahasia umum paling sering yaa kalau bukan di mall, kafe (saat tebel kantong) atau ujung-ujungnya di warung saat dompet lagi tipis alias bokek tanggal tua. Malah buat sebagian atau bahkan kebanyakan cowok menengah ke bawah lebih suka nongkrong di warung daripada nongkrong di kafe. Why?? Bukan hanya menyenangkan kantong, tapi juga karena margin harga secangkir kopi ala warung vs kafe yang memang beda jauh, tapi juga karena nongkrong di warung bisa semaleman, cukup dengan secangkir kopi saja sudah jadi ngelaba antar cowok, ngobrol ini itu sampai kesasar tak tentu arah, kalau nongkrong di kafe semaleman tengsin pastinya, apalagi kalo pesannya secangkir kopi saja, paling parah dilirik sama pelayannya. Belum lagi kalau malam minggu, saat ramai-ramainya kafe, sangat tidak recommended untuk nongkrong lama-lama, bisa-bisa "diusir secara halus" oleh pemilik kafe, tapi kalau di warung, jangan tanya lagi, warung ada seabrek, penuh yang satu eh disebelahnya juga ada. Tinggal geser bokong 1 meter saja sudah dapet itu tempat nongkrong.
Ini berlaku bukan hanya untuk yang sudah kerja, but also mahasiswa. Pengalaman pribadi, saat masih mahasiswa (dua tahun kemarin tepatnya), salah satu teman cowok dateng ke kampus dengan mata yg masih sepet, sangat terlihat kurang tidur semalam. Tadinya saya kira lembur garap tesis, ehh pas ditanya kenapa, dia bilang dengan innocent "cangkru'an semaleman." Dia (masih temen yang sama) malah bilang kalau ngopi di warung hanya sebentar tidak akan terasa feelnya, parahnya kalau menghabiskan kopi terlalu cepat di warung, sesama penongkrong warung akan berkomentar "haus ya, cepat sekali minum kopinya". Ckckckkk ini nih satu fakta lagi perbedaan pola pikir cowok dan cewek yang anti mainstream. Dari situlah saya mulai mengerti kenapa meskipun sudah malam kalau lewat warung mesti banyak cowok yang menjadi penunggu setianya.
Beda lagi dengan tempat nongkrong yang satu ini guys. Tempat nongkrong begini baru saya tahu setelah ikut suami ke Jayapura. Tempatnya sederhana, ada di pinggir-pinggir jalan kota jayapura, yang dijual juga hanya es degan, tapi yang membuat excited adalah viewnya, keren, beautiful, amazing, fabulous. Bagaimana tidak! Sembari minum degan, kita bisa melihat pulau-pulau yang terhampar di lautan lepas, yang langsung tersambung ke samudera. Tempat nongkrong ini hanya buka pas sore aja guys kalau ingin menikmati pesona lautan lepas sambil minum es degan, tapi kalau ingin lihat viewnya sah-sah saja bila datang pagi hari, seperti foto yg saya ambil saat pagi hari ini, ademmm sekali melihatnya😘
Apalagi kalau nongkrongnya saat hampir sunset. Speechless, tidak bisa diungkapkan lagi keindahannya. Ini salah satu hal yang membuat saya bersyukur bisa ada disini, banyak tempat yang indahnya unpredictable.
Tidak akan pernah bosan nongkrong di tempat ini, bukan hanya bisa mengobrol, tapi juga menghilangkan penat, merefresh otak yang kadang sudah berasap. Hanya dengan 10rb rupiah untuk minum degan sudah bisa menikmati view indah seperti ini, bisa lama-lama juga, tidak mungkin ada yang mengusir juga. Kenapa bukanya hanya saat sore saja? Karena kebanyakan yang ke tempat ini ingin menikmati sunset guys, selain itu pagi dan malam penjualnya masih berjualan pinang. So, yang sedang bingun mencari destinasi nongkrong yang keren, yang tidak membosankan, ini tempatnya, dijamin kekinian guys😎